إن
الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا
وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو المهتد ومن يضلله فلن تجد له وليا مرشدا, أشهد أن
لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى
الأمانة ونصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا
هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم الدين.
أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله وطاعته لعلكم
تفلحون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : (102)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : (102)
Kaum
muslimin rahimakumullah…
Pertama-tama,
marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal
melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga
Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan
apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul
Saw. Hanya dengan cara itulah ketakqawaan kita mengalami peningkatan dan
perbaikan….
Selanjutnya,
shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaimana
perintah Allah dalam Al-Qur’an :
أعوذ
بالله من الشيطان الرجيم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah
dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang
beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw. ( Al-Ahzab : 56)
Kaum
Muslimin rahimakumullah….
Rutinitas
kehidupan terkadang menyebabkan kita lupa pada kematian. Padahal, kematian itu
adalah sebuah peristiwa besar yang pasti kita alami dan rasakan. Kematian
adalah sunnatullah (sistem Allah) bagi setiap makhluk yang diberi-Nya
kesempatan hidup di dunia ini, termasuk manusia, sebagaimana firman-Nya :
لُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Setiap yang
bernyawa pasti merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan
disempurnakan balasan (amal) kalian. Maka, siapa yang (hari itu) dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah sukses besar. Dan
tidak adalah kehidupan dunia ini kecuali (sedikit) kenikmatan yang menipu. (QS. Ali Imran : 185)
Jika
kematian itu adalah sautu kebenaran yang pasti kita rasakan, maka mengapa kita
seakan acuh-tak acuh saja padanya? Mengapa kita seakan melupakannya? Mengapa
kesibukan menjalani kehidupan sementara di dunia ini menyebabkan kita seakan
tidak maksimal dalam menghadapi kematian?
esibukan
kita dalam menjalani kehidupan sementara ini, benar-benar telah memalingkan
hati dan pikiran kita dari kematian; satu peristiwa besar yang pasti menimpa
diri kita semua. Hal tersebut terbukti bahwa konsentrasi kita mengumpulkan
harta, menambah jumlah tabungan bank, mencari berbagai sumber uang untuk
merancang dan membangun rumah di dunia dan berbagai kebutuhan hidup lainnya
melebihi konsentrasi kita merancang kematian itu sendiri. Padahal kematian
adalah suatu kepastian. Hampir setiap hari kita melihat kematian. Sedangkan
kematian adalah penentu keberhasilan atau kegagalan dalam perjalanan panjang
kita menuju Allah Tuhan Pencipta alam.
Oleh
sebab itu, mari kita fokuskan hidup kita untuk merancang kematian, dengan cara
mendesain hidup ini semuanya hanya untuk Allah dan dijalankan sesuai aturan
Allah dan Rasul-Nya. Berbahagialah orang-orang yang diberi Allah kemudahan
untuk mendesain semua aktivitas hidupnya hanya untuk Allah dan dapat dijalankan
sesuai aturan Allah dan Rasul Muhammad Saw. Sebaliknya, celakalah orang-orang
yang memilih jalan hidupnya selain jalan Allah, semua aktivitas hidupnya bukan
untuk Allah dan dijalankan di luar ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Kaum
Muslimin rahimakumullah….
Sebelum
kematian tiba, kita akan melewati suatu fase yang bernama sakratulmaut.
Sakratulmaut adalah pintu gerbang kita menuju kematian. Sakratulmaut adalah
peristiwa yang amat menakutkan, karena saat sakrtaulmaut tiba, tak seorangpun
dapat membantu dan menolong kita, kendati saat kritis itu, istri, sanak saudara
dan handai tolan sedang mengelilingi kita. Kita akan bergulat sendirian dengan
sakratul maut itu di tengah keramain orang-orang yang kita cintai dan sayangi.
Semua mereka hanya dapat menatap kita dengan pandangan mata yang hampa. Saat
itulah kita akan merasakan langsung apakah kita termasuk orang yang telah
merancang kematian atau bukan. Apakah kita termasuk orang yang siap menghadapi
kematian atau bukan.
Sakratulmaut
adalah bahasa Al-Qur’an yang terdiri dari dua kata “sakrotan”; pecahan dari
kata : سكر – يسكر – سكرا (sakiro – yaskaru – sakran) yang berarti “mabuk atau
teler”. Kata “maut”; pecahan dari kata : مات – يموت – موتا (maata – yamuutu –
mautan) yang berarti “mati”. Maka Sakratulmaut berarti “kondisi mabuk
menghadapi saat kematian’.
Sakratulmaut
juga dapat diakatakan sebagai warming up (pemanasan) kematian. Karena kematian
itu sulit, berat dan amat sakit maka diperlukan pemanasan. Di samping itu,
sebagaimana kehidupan pertama manusia memerlukan proses dan tahapan, maka
kematian juga memerlukan proses dan tahapan agar bisa memasuki alam lain
bernama Barzakh; sebuah alam yang jauh lebih besar dan sangat berbeda situasi,
kondisi dan lingkungannya dengan bumi saat kita hidup di dunia.
Sakratulmaut
adalah sesuatu yang ditakuti manusia. Faktanya, berbagai riset dan upaya telah
dilakukan manusia untuk menghindarinya seperti, menciptakan obat-obatan untuk
memperpanjang umur. Hal tersebut digambarkan Allah dalam firman-Nya :
وَجَاءَتْ
سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Saat datanglah
Sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
daripadanya. (Q.S.
Qaf: 19 )
Pertanyaan
berikutnya ialah, apakah manusia mampu menghindari Sakratulmaut? Jawabannya
tentu ‘mustahil’. Karena Sakratulmaut adalah voucher manusia untuk masuk ke
Alam Barzakh, tempat penginapan mereka yang ketiga yang sudah disiapkan oleh
Pencipta, Raja dan Pemilik alam semesta ini, yakni Allah Rabbul ‘Alamin,
setelah kehidupan dalam rahim ibu mereka dan kehidupan di atas bumi. Mereka
tidak akan dapat mengelak dan lari dari keharusan melewati sakratulmaut,
sebagaimana mereka tidak bisa mengelak dan menghindar dari ketentuan dan
kehendak-Nya ketika mereka diciptakan sebelumnya dari tidak ada menjadi ada.
Sebab
itu, sebelum Sakratulmaut datang menghampiri kita, Allah sebagai Pemilik dan
Pengendali jagad raya mengajak kita memikirkan dan menyaksikan kehendak,
keputusan dan sistem-Nya tentang Sakratulmaut yang telah menjadi kenyataan
sehari-hari yang kita saksikan seperti yang tercantum dalam surat Al-Waqi’ah
berikut ini:
فَلَوْلا
إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (83) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (84) وَنَحْنُ
أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لا تُبْصِرُونَ (85) فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ
غَيْرَ مَدِينِينَ (86) تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (87)
“Maka mengapa
ketika nyawa sampai di kerongkongan, (83) padahal kamu ketika itu menyaksikan
(orang yang sedang sekarat itu) (84) dan Kami lebih dekat kepadanya daripada
kamu. Tetapi kamu tidak melihatnya (85) maka kalaulah kamu tidak tunduk (pada
Kehendak Allah) (86) (pastilah) kamu (mampu) mengembalikan nyawa itu (kepada
tempatnya semula) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Q.S. Al-Waqi’ah: 83 – 87)
Tentang
kondisi Sakraulmaut tersebut, Sayyid Qutb menjelaskannya dengan begitu indah
dan menarik dalam tafsirnya “Fii Zhilal Al-Qur’an”, sebagai berikut :
Apa
gerangan yang akan Anda lakukan ketika nyawa telah berada di tenggorokan? Anda
sedang berada di persimpangan jalan yang majhul (tidak diketahui). Kemudian,
penggambaran Al-Qur’an yang inspiratif yang melukiskan semua dimensi sikap
dalam sentuhan-sentuahan yang cepat, mengungkapkan semua kondisi yang sedang
dihadapi, latar belakangnya dan semua yang akan menginspirasikannya… Maka
mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat
(orang yang sedang sekarat itu) dan Kami (dengan malaikat-malaikat) lebih dekat
kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihatnya…
Kita
seakan mendengar suara tenggorokan orang yang sedang sekarat dan melihat
tatapan wajahnya, merasakan bencana dan kesulitan (yang dihadapinya) lewat
firman Allah, “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan”. Sebagimana
kita juga bisa melihat tatapan wajah yang tak berdaya, putus asa yang dalam
raut muka orang-orang yang hadir (di sekitar orang sedang sekarat itu) lewat
firman-Nya “ padahal kamu ketika itu melihat (orang yang sedang sekarat itu)”.
Di
sini, pada momen ini, sungguh ruh (nyawa) itu telah selesai dengan urusan
dunia. Ia telah meninggalkan bumi dan seisinya. Ia akan menyambut dunia yang
belum pernah ditempatinya…Ia tidak akan mampu lagi menguasai sesuatu selain
dari apa yang pernah ia tabung sebelumnya… berupa kebaikan atau kejahatan yang
dilakukannya…
Di
sini, ia melihat, tapi ia tidak mampu membicarakan apa yang dilihatnya… Ia
telah terpisah dari orang-orang yang ada di sekitarnya dan apa saja yang ada di
sekelilingya…Hanya fisiknya yang bisa disaksikan oleh yang hadir di
sekitarnya…Mereka hanya melihat begitu saja sedangkan mereka tidak bisa melihat
apa yang sedang terjadi dan tidak punya kuasa terhadapnya barang sedikitpun….
Di sini, kemampuan manusia terhenti… Ilmu pengetahuan manusia juga tidak berguna sebagaimana peran manusia juga tidak ada…Di sini, mereka mengerti, tapi tidak bisa membantahnya. Mereka lemah,…. lemah…..terbatas….terbatas…. Di sini layar diturunkan tanpa mereka lihat, tanpa sepengetahuan mereka dan tanpa kemampuan bergerak/berbuat.
Di sini, kemampuan manusia terhenti… Ilmu pengetahuan manusia juga tidak berguna sebagaimana peran manusia juga tidak ada…Di sini, mereka mengerti, tapi tidak bisa membantahnya. Mereka lemah,…. lemah…..terbatas….terbatas…. Di sini layar diturunkan tanpa mereka lihat, tanpa sepengetahuan mereka dan tanpa kemampuan bergerak/berbuat.
Di
sini, yang berperan hanya Qudrat Ilahiyah (Kekuasaan Allah)… Ilmu Ilahi…(Ilmu
Allah)….Semua urusan murni milik Allah tanpa sedikitpun keraguan, tanpa
bantahan dan tanpa ada kiat-kiat apapun. “dan Kami lebih dekat kepadanya
daripada kamu”. Di sini, terjadi kebesaran sikap yang membesarkan Kebesaran
Allah… Kewibawaan dan kehadiran-Nya –Subhanahu Wata’ala – sedangkan Dia hadir
setiap waktu. Ungkapan itu membangunkan perasaan akan suatu hakikat (kenyataan)
yang dilupakan manusia.. Maka tiba-tiba, majlis yang menghadiri kematian
merasakan seramnya (suasana) karena didominasi oleh ketakutan, kehadiran dan
kebesaran-Nya…Yang mendominasi ialah ketidakberdayaan, ketakutan, keterputusan
dan perpisahan…
Dalam
kondisi liputan perasaan yang gemetaran, berdebar, putus asa, dan duka lara,
datanglah tantangan (Keputusan Allah) yang memotong semua perkataan dan
mengakhiri semua perdebatan : “. Maka jika kamu tidak tunduk (pada Kehendak
Allah), (pastilah) kamu (mampu) mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika
kamu adalah orang-orang yang benar?” Jika sekiranya masalahnya seperti yang
kamu katakan : “sesungguhnya tidak ada perhitungan dan tidak ada balasan”,
berarti kamu orang-orang yang bebas tanpa ada pembalasan dan perhitungan? Jika
demikian, kamu mampu mengembalikan nyawa – yang sudah sampai di tenggorokan itu
– agar kamu hindarkan ia dari kondisnya yang sedang menuju perhitungan dan
balasan itu…Padahal kamu berada di sekitarnya dan sedang menyaksikannya,
sedangkan ia berlalu menuju dunia yang besar, dan kamu diam saja dan tidak
berdaya…
Di
sini, gugurlah semua alasan, habislah semua argumentasi, punahlah semua kiat
dan habislah bantahan…Dan tekanan hakikat (kenyataan) ini membebani diri
manusia. Sebab itu, mereka tidak akan mampu bertahan,(dengan kondisi pembangkangannnya
kepada Tuhan Pencipta) kecuali jika mereka tetap menyombongkan diri tanpa bukti
dan argumentasi”
Kaum
Muslimin rahimakumullah….
Terkait
dengan sakratulmaut, manusia terbagi kepada tiga golongan. Pertama, golongan
“Muqarrabin”, yakni orang yang dekat dengan Tuhan Pencipta ketika berada di
dunia. Kedua, “Ash-habul Yamin” (Golongan Kanan) yang merupakan bagian dari
‘Muqorrobin”. Ketiga, golongan “al-mukadzi-dzibin adh-dhallain”, yakni
orang-orang yang menentang dan menantang kebenaran Tuhan Pencipta dan sistem
hidup yang datang dari-Nya dan tersesat dari jalan yang benar. Tentang ketiga
golongan ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya :
فَأَمَّا
إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ (88) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ
(89) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (90) فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ
أَصْحَابِ الْيَمِينِ (91) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ
(92) فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ (93) وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (94) إِنَّ هَذَا لَهُوَ
حَقُّ الْيَقِينِ (95) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (96)
“Adapun jika dia
(orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), (88) maka dia
memperoleh ketenteraman dan rezeki serta Syurga kenikmatan.(89) Dan adapun jika
dia termasuk golongan kanan, (90) maka keselamatan bagimu karena kamu dari
golongan kanan.(91) Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang menolak
(kebenaran Tuhan Pencipta dan apa saja yang datang dari-Nya) lagi sesat, (92)
maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, (93) dan dibakar di dalam
Neraka.(94) Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang
benar.(95) Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar
(96)” (Q.S.
Al-Waqi’ah: 88 – 96)
Ibnu
Katsir, seorang ahli tafsir terkemuka menjelaskan ayat-ayat tersebut di atas
dengan penjelasan yang sangat indah dan menarik. Alangkah baiknya kita simak
penjelasan Beliau berikut ini : “ Inilah tiga suasana yang dialami oleh manusia
ketika sakratulmaut. Adakalanya ia termasuk kaum ‘muqorrobin’ atau termasuk
golongan yang ada di bawah mereka, “Ash-habul Yamin” , yaitu yang termasuk
golongan kanan, dan ada yang teremasuk orang-orang yang mendustakan kebenaran,
yang sesat dari petunjuk dan tidak tahu menahu tentang perintah Allah (al-mukadzi-dzibin adh-dhallain).
Itulah
sebabnya Allah SWT berfirman, “Adapun jika dia termasuk orang yang didekatkan
kepada Allah.” Mereka adalah orang-orang yang setia mengerjakan hal-hal yang
diwajibkan dan di sunnahkan. Dan, meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan
dimakruhkan serta sebagian dari yang diperbolehkan. ”Maka dia memperoleh
ketenteraman dan rezeki serta Syurga kenikmatan”. Dan, para Malaikat akan
menyampaikan berita gembira itu ketika sakratulmaut tiba, sebagaimana yang
diterangkan di dalam hadits Al-Barra’, Para Malaikat rahmat akan mengatakan,
‘hai ruh yang baik dalam jasad yang baik, kamu telah memakmurkannya, keluarlah
menuju ketenteraman, rezeki, dan Tuhan yang tidak murka’.
Ruh
dan Raihan dalam ayat ini berarti rahmat, rezeki, kegembiraan, dan kesenangan.
“Dan Syurga kenikmatan”.
Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dari Imam Syafii’ dari Imam Malik dari Zuhri dari Abdurrahman
bin Ka’ab bin Malik dari Ka’ab bahwa Rasul saw, bersabda, “ Ruh seorang Mu’min
itu berupa (bagaikan) burung yang bergelantungan pada pohon Syurga sebelum
Allah mengembalikan ruh itu ke jasadnya ketika membangkitkannya kembali.” (pada
hari kiamat nanti).
Abul
Aliah mengatakan, “Tidak akan dipisahkan nyawa seorang muqarrabin sebelum
dihadirkan kepadanya satu dahan dari kenikmatan Syurga, lalu ruhnya itu
disimpan di sana.” Di dalam sebuah hadits shaheh dikemukakan bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Ruh-ruh para Syuhada (orang-orang yang mati sedang berjihad
menegakkan agama Allah) itu dalam tembolok burung hijau yang berterbangan di
taman-taman Syurga kemana saja mereka kehendaki, kemudian bermalam pada
pelita-pelita yang bergelantungan pada Arasy.”
Allah
SWT berfirman, “Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan.”. Yaitu, jika
orang yang sedang mengalami sakratulmaut itu termauk golongan kanan, “maka
keselamatan bagimu, karena kamu termasuk golongan kanan.” Yaitu, para Malaikat
akan menyampaikan kabar gembira itu kepada mereka. Hal ini sebagaimana
firman-Nya, “Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka, ’Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu
dengan Syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah
pelindung-pelindungmu di dalam kehidupan dunia dan di Akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan di dalamnya kamu memperoleh pula apa yang
kamu minta. Sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Fush-shilat
: 30 – 32)
Imam
Bukhari mengatakan, “Maka salam sejahtera bagimu,” yaitu disampaikan salam kepadamu
bahwa kamu termasuk golongan kanan.
Allah
SWT berfirman, “ Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan
lagi sesat, maka dia akan mendapatkan hidangan air yang mendidih, dan dibakar
di dalam Neraka.” Yaitu, bila orang yang tengah mengalami sakratulmaut itu
termasuk golongan yang mendustakan kebenaran dan sesat dari jalan petunjuk,
“maka dia mendapatkan hidangan dari air yang mendidih,” Yaitu cairan yang akan
melelehkan isi perut dan kulit-kulit mereka. ” Dan dibakar di dalam Neraka,”
yaitu dia akan ditempatkan di dalam api Neraka yang akan menyelimutinya dari
semua arah.
Kemudian
Allah berfirman, “Sesungguhnya ini adalah suatu keyakinan yang benar,” yang
tidak diragukan lagi. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Dan dia
adalah berita yang menjadi saksi. “Maka bertasbihlah dengan nama Tuhanmu yang
Maha Besar.” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa U’qbah bin Amir Al-Juhani
berkata, “Maka bertasbihlan dengan nama Tuhanmu yang Maha Besar, (subhana
Robiyal ‘Azhim)‘ Rasulullah mengatakan, ‘Jadikanlah ayat ini bacaan ruku’
kamu.’ Dan ketika turun wahyu kepada beliau, ‘Maka sucikanlah Tuhanmu yang Maha
Tinggi,’(subhana Robbiyal A’la). Rasulullah mengatakan, jadikanlah ayat ini
sebagai bacaan sujud kamu.”
Kaum
Muslimin rahimakumullah….
Setelah
kita melewati “Sakratulmaut” berarti kita sedang berada pada batas terakhir
dari perjalanan kita di dunia dan di batas awal memasuki dunia baru yang
bernama Barzakh. Untuk memasuki dunia baru tersebut terlebih dulu kita harus
membuka pintu masuknya. Pintu masuknya itu bernama “Kematian”. Ya, Kematian…
Itulah fase yang harus kita lewati setelah melewati fase Sakratulmaut. Dengan
kematian itu kita berhak mendapatkan tempat di alam Barzakh.
Kematian
adalah sesuatu yang ditakuti banyak orang. Kendati pada kenyataanya, tidak ada
seorangpun yang dapat menghindari atau lari dari kematian itu. Siapapun dia,
Presidenkah, Rajakah dia, Konglomerat kah dia, Jendral berbintang lima kah dia,
di mana dan kapanpun mereka berada. Mereka pasti mati. Selama mereka memiliki
nyawa, pasti akan mengalami kematian. Hal ini telah menjadi ketentuan dan
kehendak Tuhan Pencipta sebagaimana di jelaskan-Nya dalam surat Ali Imran ayat
185 dan Surat An-Nisa’ ayat 78 berikut ini :
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ…..(185)
“Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati…” (Q.S. Ali Imran: 185)
أَيْنَمَا
تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ (78)
Di mana saja kamu
berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang
tinggi lagi kokoh…. (Q.S.
An-Nisa’ : 78)
Kematian
sudah ditentukan bagi setiap yang bernyawa. Kematian tidak perlu dicari, karena
ia yang mencari setiap yang bernyawa. Kematian tidak bisa diwakilkan,
dipindahkan atau take over oleh yang tidak berhak, karena petugas kematian,
yakni Malakul Maut yang diberikan tugas khusus mengurusinya belum pernah
menerima sogokan dan tidak akan pernah. Karena semua Malaikat melakukan semua
apa yang diperintahkan Allah kepada mereka, tanpa sedikitpun disimpangkan
apalagi dimanipulasi, seperti yang Allah jelaskan :
قُلْ
يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ
تُرْجَعُونَ (11)
“Katakanlah:
“Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu;
kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (Q.S.As-Sajdah (32) :11)
Demikian
juga, bahwa kematian akan datang pada saatnya atau ketika ajal (batas)nya
habis. Kematian tidak bisa diundurkan kendati barang sedetik. Tidak sedikit
orang yang mencoba untuk mengundurkan kematian, tapi usahanya gagal dan sia sia
belaka. Karena kematian adalah pintu masuk tempat tinggal sementara ketiga
kita, yakni alam Barzakh. Maka, kitapun harus memasukinya, karena jatah
menginap di penginapan di dunia sudah habis serta tempat kita di dunia sudah
dibooking Malaikat untuk penghuni lain selain kita. Allah telah mengingatkan
kita tentang hal ini dan apa yang harus kita lakukan sebelum kematian (maut)
itu menjemput kita, seperti tercantum dalam firman-Nya berikut ini :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ
ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (9)
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ
الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ
وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (10) وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ
أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (11)
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang rugi.(9) Dan belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari apa
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang
di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Tuhan Penciptaku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat
bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?” (10) Dan Allah
sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (11)” (Q.S. Al-Munafiqun : 9 –
11)
Nah,
sebelum kita dijemput Kematian (Maut) yang waktunya Allah rahasiakan… Ia bisa
datang saat ini, satu detik setelah ini, satu menit setelah ini, satu jam
setelah ini, satu hari setelah ini, satu pekan setelah ini, satu bulan setelah
ini, atau satu tahun setelah ini dan seterusnya….Sebelum Kematian menjemput
kita, cobalah gunakan kecerdasan Spiritual, Emotinal dan Intellectual yang
Allah berikan kepada kita untuk menangkap rahasia di balik Kematian itu. Lalu,
tanya diri kita dengan jujur seputar pertanyaan-pertanyaan berikut :
1.
Siapa yang menghadirkan saya ke dunia ini?
2.
Apakah saya sudah mengenal Tuhan Pencipta
saya dengan baik?
3.
Apakah saya sudah mengenal Kitab Petunjuk
Hidup (al-Qur’an) yang diturunkan-Nya untuk saya?
4.
Apakah saya sudah mengenal seorang manusia
bernama Muhammad Bin Abdullah yang diutus-Nya untuk menjelaskan isi Kitab
Petunjuk Hidup tersebut?
5.
Apakah saya akan hidup di dunia ini
selama-lamanya?
6.
Tidak cukupkah kematian manusia yang saya
lihat setiap hari di atas muka bumi ini dengan berbagai sebab, seperti gempa
bumi, tsunami, angin topan, banjir bandang, perang, sakit jantung, darah tinggi
dan bahkan ada yang tidak sakit sama sekali, menjadi pelajaran berharga bagi
diri saya dan saya juga pasti akan mengalaminya, masalahnya hanya tinggal
waktu?
7.
Bagaimana pandangan saya terhadap kehidupan
dunia ini?
8.
Bekal apa yang sudah saya siapkan untuk
menghadapi kehidupan setelah kematian?
9.
Apakah saya sudah mengevaluasi hidup saya
sejak masa baligh (dewasa) sampai saat ini?
10. Sudahkah
saya memiliki 10 Katrakter Mulia yang menjadi syarat kesuksesan hidup saya di
dunia dan di akhirat nanti, yakni aqidah bersih, ibadah benar, akhlak kokoh,
wawasan luas, memiliki skil kehidupan, fisik sehat dan kuat, mampu
mengendalikan syahwat, urusan teratur, manajemen waktu baik dan memiliki
tanggung jawab sosial.
Kaum
Muslimin rahimakumullah….
Demikianlah khutbah ini, semoga Allah menolong kita dalam merancang kematian yang akan kita hadapi. Semoga Allah membuka peluang bagi kita untuk meraih kematian dengan predikat al-muqarrabin atau minimal ashabul yamin dan melindungi kita dari termasuk golongan al-mukadz-dzibin adh-dhallin….
Demikianlah khutbah ini, semoga Allah menolong kita dalam merancang kematian yang akan kita hadapi. Semoga Allah membuka peluang bagi kita untuk meraih kematian dengan predikat al-muqarrabin atau minimal ashabul yamin dan melindungi kita dari termasuk golongan al-mukadz-dzibin adh-dhallin….
Dan
semoga Allah berkenan membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus, yaitu jalan para
nabi, shiddiqin, syuhadak dan sholihin. Allahumma amin…
بارك
الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم
أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو
السميع العليم …..