Jadi berdasarkan pengertian - pengeertian diatas, Paradigma
Idiologi Pendidikan Liberal dapat diartikan sebagai Model dalam Teori Ilmu
Pengetahuan dalam usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat yang sesuai dengan Paham, Teori dan Tujuan yang
merupakan satu program sosial politik yang bebasm berpandangan luas dan
terbuka.
Ciri utama pendidikan yang
berideologi liberal adalah selalu berusaha menyesuaikan pendidikan dengan
keadaan ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan. Hal ini terlihat pada
benang merah kebijakan Mendiknas beberapa tahun terakhir. Oleh karenanya
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik merupakan upaya untuk memenuhi dan
menyesuaikan tuntutan dunia kerja sebagaimana dikemukakan dalam setiap
pergantian kurkulum baru kita (Mansour Fakih, 2002).
Ciri-ciri
Umum Liberalisme Pendidikan :
1. Menganggap bahwa pengetahuan
terutama berfungsi sebagai sebuah alat untuk
digunakan dalam pemecahan masalah
secara praktis.
2.
Menekankan kepribadian unik dalam diri tiap individu.
3.
Menekankan pemikiran efektif (kecerdasan praktis)
4.
Memandang pendidikan sebagai perkembangan dari keefektifan personal.
5. Memusatkan
perhatian kepada tata cara pemecahan masalah secara individual maupun
berkelompok.
6. Menekankan
perubahan sosial secara tak langsung, melalui perkembangan kemampuan tiap orang
berperilaku praktis dan efektif.
7.
Berdasarkan kepada sebuah sistem penyelidikan eksperimental yang
terbuka.
8.
Didirikan di atas tata cara pembuktian secara ilmiah rasional.
9. Menganggap
bahwa wewenang intelektual tertinggi terletak pada pengetahuan yang diperoleh
dari pembuktian eksperimental.
Landasan
Pendidikan Liberal
Berikut ini landasan pendidikan liberal, diantaranya
sebagai berikut:
1. Seluruh kegiatan belajar bersifat
relatif terhadap sifat-sifat dan isi pengalaman
personal.
2. muncul dari
proses-proses perkembangan personal, dan seluruh tindakan belajar yang punya
arti penting cenderung untuk bersifat subjektif.
3. Seluruh
kegiatan belajar pada puncaknya mengakar pada keterlibatan dalam pengertian
inderawi yang aktif.
4. Seluruh
kegiatan belajar pada dasarnya merupakan proses pengujian gagasan-gagasan,
dalam situasi-situasi pemecahan masalah secara praktis.
5. cara terbaik
untuk mempelajari sesuatu dan sebagai implikasinya, juga cara terbaik untuk
hidup.
6. Pengalaman kejiwaan
yang paling dini merupakan pengalaman yang dialami oleh orang yang belajar pada
waktu ia masih kanak-kanak, termasuk latihan-latihan emosional dan kognitif.
7. tindakan
belajar dikendalikan oleh konsekuensi-konsekuensi emosional dan perilaku personal.
Berkaitan dengan pendidikan, kaum liberal beranggapan bahwa
persoalan pendidikan terlepas dari persoalan politik dan ekonomi masyarakat.
Dan pendidikan tidak memiliki kemudian lebih diarahkan pada penyesuaian atas
sistem dan struktur sosial yang berjalan. Yang lebih diperhatikan adalah
bagaimana meningkatkan kualitas dari proses belajar mengajar sendiri, fasilitas
dan kelas yang baru, modernisasi peralatan sekolah, penyeimbangan rasio
guru-murid.
Selain itu juga berbagai investasi untuk meningkatkan rnetodologi
pengajaran dan pelatihan yang lebih effisien dan partisipatif, seperti kelompok
dinamik (group dynamics) 'learning by doing', 'experimental learning', ataupun
bahkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) sebagainya. usaha peningkatan tersebut terisolasi dengan
svstem dan struktur ketidak adilan kelas dan gender, dominasi budaya dan
represi politik yang ada dalam masyarakat.
Kaum Liberal sama-sama berpendirian bahwa pendidiakan adalah politik, dan
“excellence" haruslah merupakan target utama pendidikan. Kaum Liberal
beranggapan bahwa masalah mayarakat dan pendidikan adalah dua masalah yang
berbeda. Mereka tidak melihat kaitan pendidikan dalam struktur kelas dan
dominasi politik dan budaya serta diskriminasi gender dimasyarakat luas. Bahkan
pendidikan bagi salah satu aliran liberal yakni `structural funrtionalisme'
justu dimaksud sebagai sarana untuk menstabilkan norma dan nilai masyarakat.
Pendidikan justru dimaksudkan sebagai media untuk mensosialisasikan dan mereproduksi
nilai nilai tata susila keyakinan dan nilai - nilai dasar agar masyarakat luas
berfungsi secara baik.
Pendekatan liberal inilah yang mendominasi segenap pemikiran
tentang pendidikan rti berbagai macam pelatihan. Akar dan pendidikan ini adalah
Liberalisme, yakni suatu pandangan yang menekankan pengembangan kemampuan,
melindungi hak, dan kebebasan (freedoms), serta mengidentifikasi problem dan
upaya perubahan sosial secara inskrimental demi menjaga stabilitas jangka
panjang.
Konsep pendidikan dalam tradisi liberal berakar pada cita cita
Barat tentang individualisme. Ide palitik liberalisme sejarahnya berkait erat
dengan bangkitnya kelas liberalisme dalam pendidikan dapat dianalisa dengan
melihat komponen komponennya.
Komponen pertama, adalah komponen pengaruh filsafat Barat tentang
model manusia universal yaitu manusia yang "rational liberal". Ada
beberapa asumsi yang mendukung konsep manusia "rasional liberal"
seperti: pertama bahwa semua manusia memiliki potensi sama dalam intelektual,
kedua baik tatanan alam maupun norma sosial dapat ditangkap oleh akal. Ketiga
adalah "individualis" yakni adanya angapan bahwa manusia adalah
atomistik dan atanom (Bay,1988). Menernpatkan individu socara atomistic,
membawa pada keyakinan bahwa hubungan sosial sebagai kebetulan, dan masyarakat
dianggap tidak stabil karena interest anggotanya yang tidak stabil.
Pengaruh liberal ini kelihatan dalam pendidikan yang mengutamakan
prestasi melalui proses persaingan antar murid. Perankingan untuk menentukan
murid terbaik, adalah implikasi dari paham pendidikan ini. Pengaruh pendidikan
liberal juga dapat dilihat dalam berbagai training management, kewiraswastaan,
dan training-training yang lain. Contoh kongkrit pendekatan liberal bisa kita
lihat pada Achievement Motivation Training (AMT) McClelland. McClelland berpendapat bahwa akar
masalah keterbelakangan dunia ketiga karena mereka tidak memiliki apa yang
dinamakannya N Ach. Oleh karena sarat pembangunan bagi rakyat dunia ketiga
adalah perlu virus "N ach" yang membuat individu agresif dan rasional
Komponen kedua adalah Positivisme. Positivisme sebagai suatu
paradigma ihnu sosial yang dominan dewasa ini juga menjadi dasar bagi model pendidikan Liberal.
Positivisme pada dasarnya adalah ilmu sosial yang dipinjam dari pandangan,
metode dan teknik ilmu alarn memahami realitas. Positivisme sebagai suatu
aliran filsafat berakar pada tradisi ilmu ilrnu sosial yang dikembangkan dengan
mengambil cara ilmu alam menguasai benda, yakni dengan kepercayaan adanya
universalisme and generalisasi, melalui metode determinasi, 'fixed law' atau
kumpulan hukum teori (Schoyer, 1973). Positivisme berasumsi bahwa penjelasan
tungal dianggap "appropriate" untuk semua fenomena.
Oleh karena itu riset sosial ataupun pendidikan dan pelatihan harus
didekati dengan positivisme yang melibatkan unsur-unsur seperti obyektivitas,
empiris, tidak memihak, detachment, rasional dan bebas nilai. Pengetahuan
selalu menganut hukum ilmiah yang bersifat universal, prosedur harus
dikuantifisir dan diveritikasi dengan metode "scientific". Dengan
kata lain, positivism mensaratkan pemisahan fakta dan nilai dalam rangka menuju
pada pemahaman obyektif atas realitas sosial.
Pendidikan dan pelatihan dalam positivistik bersifat fabrikasi dan
mekanisasi untuk memproduksi keluaran pendidikan yang harus sesuai dengan
`pasar kerja'. Dalam pola pemikiran positivistic Murid dididik untuk tunduk
pada struktur yang ada. Dari sana, bisa kita lihat bahwa pada paradigma liberal
pendidikan biasanya lebih melanggengkan system yang ada dengan melahirkan anak-anak
didik yang berperan dalam mempertahankan system tersebut.
Tradisi liberal telah mendominasi konsep pendidikan hingga saat
ini. Pendidikan liberal adalah menjadi bagian dari globalisasi ekonomi
'liberal' kapitalisme. Dalam kontek lokal, paradigma pendidikan liberal telah
menjadi bagian dari sistim developmentalisme, dimana sistim tersebut ditegakan
pada suatu asumsi bahwa akar 'underdevelopment' karena rakyat udak mampu
terlibat dalam sistim kapitalisme. Pendidikan harus membantu peserta didik untuk
masuk dalam sistim developmentalisme tersebut, sehingga masyarakat memiliki
kemampuan dalam kompetisi di system kapitalis.
0 comments:
Post a Comment